Friday, December 21, 2012

Mari qasidah istghfar sama - sama ..

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalammualaikum ...
hamba menulis nak pakat ajak hampa semua qasidah istghfar sama - sama ...

Marilah sejenak kita menghitung   seberapa banyak dosa, kesalahan, kekhilafan , serta kemaksiatan yang kita lakukan sepanjang perjalanan hidup kita ini

Mampukah kita mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah s.w.t?


Jum istighfar . cuma seminit sahaja. seminit plus seminit + seminit dsbgnya...


أ َ سـْــتـَـغـْـفـِـرُ الله، رَبَّ الـْــبـَرَايـَـا
أ َ سـْــتـَـغـْـفـِـرُ الله، مِــنَ الـْــخـَــطَايـَــا

رَبِّ ز ِدْنـِى عـِــلـْــمًـا نـَــافـِــعـًــا

وَوَفـِّــقـْــنـِــى عـَــمـَــلاً مـَــقـْــبـُــولاً
وَهَــبْ لـِــى ر ِزْقـًــا وَاسِــعـًــا
وَتـُــبْ عـَــلـَــيـْـنـَــا تـَــوبـَــة ً نـَــسـُــوحـًــا

وَلـِــهـَــذَا سـِــر ِّ * آدُهُ

فـِــى يـَــسـَــار ِى وَعـَــسـَــار ِى
أ َنـَــا عـَــبـْـدٌ صـَـارَ * فـَــقـْــر ِى
إ ِنَّ * فـَــقـْــر ِى * وَالـضـِّــرَار ِى *

وَالـْــكـَــفـَــانـِــى عـِــلـْــمُ رَبــِّــى *

بــِالـْــسـُــؤَالـِــى وَاخـْــتـِــيـأر ِى
يـَــا إ ِلــَــهـِــى وَ مـَــلِــيــكـِــى




mana yang boleh ya..
in sya Allah.


di mana mana saja kita boleh beristighfar .

dan bila - bila masa saja sebelum mata kita ini terpejam.

aku yang penuh hina ini juga mengajak semua untuk tidak lupa beristighfar kepadaNya.

beristighfarlah .. dengan lidah dan hatimu ..

dengan rendah hati dan khusyuk.


pada waktu itu , Allah hadir dalam hatimu dan  memenuhi ruang dalam jiwamu .

lalu kamu pun menangis sambil mengenang akan segala dosa ..

air matamu terus mengalir..

kemudian, semakin deras air matamu menitis

dan waktu itu kamu merasakan betapa nikmatnya menitiskan air mata itu...

kemudian, kamu rindu untuk menangis lagi ..

semakin hari semakin rindu ...

hasilnya, kamu  merasakan ketengangan itu .


Hati itu hanya milik Allah .

 Hati orang-orang beriman begitu sensitif, bila disebut nama Allah Subhanahu Wa Ta'ala bergetar hatinya, bertambah ketaqwaannya, ia menangis disaat teringat dosa-dosanya, takut akan siksa atas apa yang telah diperbuatnya.

Allah Berfirman. "Sesungguhnya, orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang bila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah keimanan mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, yaitu orang-orang yang mendirikan sholat dan nafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta rizki yang mulia."(QS. al-Anfal (8) 2-4).



aku yang mengajak ini juga penuh dengan kehinaan lalu aku juga ingin memohon ampun dariNya. Pastinya aku tidak akan segan juga untuk mengajak diri saudara-saudaraku jua memohon keampunan dariNya..


kita manusia sama saja, iaitu sama -sama hambaNya 

cuma mungkin bezanya saudara-saudaraku lebih baik pada pandangan Tuhan tika ini .

manakala aku cuma ibarat sebutir pasir, yang begitu kerdil di sisi TuhanNya.

Sungguh terlalu kerdil.

kerdil dan hina ......

dan cukup aku sedar diriku yang hina..

Tak mengapa. Mari saudaraku, menyebut nama Allah sambil menyelami diriNya, menghayati syurga nerakaNya, dan mengenang segala dosa.



Zadan Abi Umar berkata, ''Telah sampai kepada kami bahwa siapa yang menangis karena takut neraka, Allah akan memberikan perlindungan kepadanya dari neraka. Siapa yang menangis karena merindukan surga, Allah akan menempatkannya disana.''

'Abdull Wahid bin Zaid berkata, ''Aduh saudaraku.., mengapa engkau tidak menangis karena rindu surga? Ingatlah siapa menangis karena rindu terhadap tuannya maka tuannya tidak akan mengaharamkannya untuk melihat dirinya. Aduh saudaraku.., mengapa engkau tidak menangis karena takut neraka? Ingatlah, siapa menangis karena takut neraka maka Allah akan memberikan perlindungan darinya.''

Diriwayatkan dari Farqad As-Sabkhi. Ia berkata, ''Saya pernah membaca dalam salah satu kitab bahwa orang yang menangis karena merindukan surga maka surga itu akan berkata kepada Rabb-nay, ''Ya Rabb, masukkanlah ia sebagaimana ia menangis karenaku.'' Neraka pun berkata, ''Ya Rabb, selamatkanlah ia dariku sebagaimana ia menangis karena takut memasukiku.''

  P/S:  menangislah di dunia ini sesungguhnya ia lebih bermakna daripada menangis di 
          padang mahsyar nanti yang tiada gunanya.

          jum jadi manusia yang lebih baik. 

 
WALLAHUALAM.



 

Wednesday, December 19, 2012

Cerpen: Ujian buat Yusuf




"Kenapa aku, Ya Allah? ..... Kenapa ... kenapa aku diuji sebegini....."  keluh Yusuf Hadi  perlahan sambil menangis teresak - esak.

Dihamparnya tikar, lantas bersujud di hadapan Allah. Apabila mengangkat  sahaja takbir, air matanya bercucuran membasahi janggutnya. 


 Tenang selepas sujud di hadapan Yang Maha Tinggi. Kemudian,  terlena dia di situ.


"Yusuf! Bangun Yusuf! Bangun ! Mengapa engkau di sini...? " Soal seorang manusia yang tiba - tiba muncul di hadapannya.

"Aku dipenjara atas tuduhan berzina . Tapi aku tak bersalah. Aku difitnah!" jawab Yusuf dengan nada merintih.


"Yusuf .. kamu ini begitu tampan sekali Yusuf Hadi. Para wanita mesti begitu tergila - gilakan kamu. Masakan tidak untuk mereka jatuh cinta padamu, " balas manusia itu kembali.


" Tapi ... aku tak melakukan apa - apa pun kepada wanita itu. Wanita itu yang cuba menggoda aku. Aku tak bersalah. Aku tak bersalah. Tolong aku, bebaskan aku daripada penjara ini ....................."  rintih Firdaus Hadi dengan begitu sayu sekali nadanya. Ucapannya lembut, sedikitpun tidak mengeraskan suaranya.


" Kau ingat tak Hadi, kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha. Ketika Nabi Yusuf dipenjarakan, Nabi Yusuf tidak sedikitpun mengeluh, bahkan nabi Yusuf berkata, "sekiranya penjara ini yang membuatkan aku lebih dekat denganMu, maka aku lebih rela berada di sini daripada aku berada dalam kalangan pendusta." Ucapannya menimbulkan rasa takjub beliau kepada utusan Allah itu.



Yusuf Hadi terdiam. Sesekali dia menelan air liurnya. Sepi tak terkata. Tergamam! Kata - kata manusia itu menyebabkan air matanya bergenang semula.
 
"Ya Allah. Ujianku tidaklah seberat ujiannya. Malah  utusan Allah itu  diuji lebih berat lagi daripada ujianku. Tambahan pula dirinya dianiaya dengan saudara-saudaranya yang begitu iri hati kepadanya. 

Malahan... bukan Nabi Yusuf sahaja bahkan setiap nabi utusan Allah diuji dengan ujian - ujian yang berat. Nabi Ayub yang diuji dengan derita penyakit sopak berpanjangan, kehilangan harta dan keluarga.
Nabi Ayub berkata kepada isterinya, "kita diberi anak, kesihatan, harta berpanjangan selama 70 tahun, masakan kita diuji sebegini selama 17 tahun, kita hendak mengeluh?."

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)


Nabi Ibrahim pula yang dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Nabi segala penghulu, Nabi Muhammad s.a.w ,  yang sering disakiti, dihina, dicaci, dipulau oleh kaum musyrikin Mekah tetapi baginda tidak pernah mengeluh di hadapan Allah malah mereka tidak putus berdoa kepada Allah ...................."
Kata- katanya terhenti di situ. Beliau menangis lalu rebah bersujud di hadapan Allah.


Manusia itu tadi kembali menyambung semula kata- katanya.


"Yusuf! Allah sangat pengasih dan peyayang. Allah tidak akan membebankan manusia dengan bebanan yang tidak sanggup dipikul hambaNya.


Ingatlah, bahawa kamu sedang diuji Allah. Allah kini sedang berbicara denganmu dan mungkin Allah hendak mengembalikan kamu kepadaNya, dan mungkin jua Allah begitu rindu hendak mendengar rintihanmu di sisiNya. Bersangka baiklah kamu, Yusuf Hadi ."  Lembut tuturnya disusun. Wajahnya tenang bercahaya.

Selepas sahaja dia berkata demikian, manusia itu terus hilang dari pandangan Yusuf Hadi. 



                   "Eh! di mana hilangnya manusia hebat ini? Aneh! "
                   bisik Yusuf Hadi sendirian. Dicapainya tasbih putih di tepinya, 
                   diungkapkan semula kalam istighfar kepada PencintaNya.


                   "Astaghfirullah Robbal baroya ..
                    Astaghfirullah minal khotoya ....
                    Astaghfirullah Robbal baroya ..
                    Astaghfirullah minal khotoya ...."

                  
 HARI berganti hari. Siang berganti malam. Siang malamnya dibasahi dengan bermunajat kepada Allah. Malahan, dia sentiasa melapangkan hatinya untuk senantiasa menghisab dirinya  sebagai seorang hamba yang begitu kerdil di sisi Allah.

               
"Allah, Allah , Allah... aku kembali padaMu dengan penuh kerendahan hatiku, ampunkan aku, Ya Allah..."  Rintih Yusuf Hadi.


UJIAN yang Allah hadirkan banyak hikmahnya. Semakin Allah uji, semakin Allah sayang hambaNya. Begitulah para nabi  Allah yang sentiasa diuji dengan ujian yang berat.

Yusuf HADI  tidak merasa tertekan sedikitpun di dalam penjara. Malah, hatinya tenang. Hanya Allah menjadi tali untuk dia bergantung.

                " Encik YusuF Hadi. Encik dibebaskan. Encik boleh keluar.
               Keluarga encik sedang menanti di luar." kata En. Zaid, pengawal 
               di situ.


                " Alhamdulillah .............."  ucap Yusuf lantas melakukan sujud 
                  syukur di situ.

" Kamu dibebaskan. Wanita itu telah pun menarik tuduhan kamu. Tahniah Encik Yusuf," sambung pengawal itu.

                "Ya Allah....
                                  Ya Allah ....
                                  Ya Allah ..........
                                  aku bersujud padaMu ..
                                  terima kasih atas kurniaanmu, Ya Allah ..
                                  terima kasih..
                                  sesungguhnya tidak ada tali yang lain tempat aku
                                  bergantung melainkan taliMu, Ya Allah..
                                   ...... " lafaz Yusuf Hadi sambil menangis.



" ALHAMDULILLAH, kehidupan di penjara itu banyak memberi makna kepada saya.

Siang malam saya menangis dan berdoa kepada Allah supaya Allah membantu saya. Alhamdulillah dua tahun saya berada di sana, banyak yang saya belajar dalam memaknai pengertian seorang hamba kepada Tuhannya.

Ingatlah, bahawa segala yang datang dan pergi adalah dari Allah. Pertolongan Allah sahajalah yang paling dekat dengan kita. Tak kira kita pakai baju ketat, berjubah, berjambang ke dan sebagainya, kita hambaNya pasti akan diuji olehNya. Jangan lupakan DIA, masa kita senang mahupun susah. Dan jangan  pula sombong kerana Allah tidak sukakan hambanya yang sombong."

Ucapan itu disampaikan kepada staff-staff beliau. Kata-katanya itu  turut didengari oleh anak perempuannya, Zulaikha.

"Abi, cerita abi macam cerita Nabi Yusuf. kan abi? " soal Zulaikha.

"Anak abi sayang.. Siapa cerita pada kamu?" soal Yusuf Hadi semula sambil tersenyum. Hairan mendengarkan cerita anaknya itu. "Pandainya...." Bisik Yusuf Hadi perlahan.


"Umi ....Umi yang cerita waktu abi masih berada di penjara." jawab si kecil Zulaikha ini sambil tersenyum. Jelas kelihatan lesung pipitnya. Anak rambut yang keluar dari anak tudungnya cepat - cepat dibetulkan oleh si ayah tercinta.


"Baguslah, anak Abi. Pandainya anak abi ni ...."  usik Yusuf Hadi sambil mencubit pipi si kecil itu.

"  Ika dah pandai solat. Umi ajar. Ika pandai baca doa....."  kata Zulaikha dengan bersungguh - sungguh. Yusuf memandangnya dengan begitu kasih sekali. Mana tidaknya, lama tidak bertemu dengan anak kecil itu yang telah mencapai usia 4 tahun.

"Doa apa yang ika pandai baca?" tanya abinya kembali.


"Macam-macam doa. Doa makan, doa nak tidur, nak belajar .... Ada lagi satu doa yang umi selalu ajar ika, bunyinya, "La ilaha illa anta kuntu minaz zolimin ......"


 Sebutir - butir ayat cuba dikeluarkan dari mulutnya. Biarpun bunyinya itu agak pelat sedikit, tetapi Zulaikha tetap bersemangat melafazkannya di hadapan abinya itu.



" Doa itu telah dibaca oleh nabi yunus yang kesusahan. Waktu itu , Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun selama 40 hari, betul tak.. "  Saja Yusuf menguji anaknya itu .




"Betul, betul, betul!"  jawab Zulaikha dengan manja.  Nada bunyinya macam upin dan ipin. Digendong anaknya Zulaikha, dipeluk dengan penuh kasih sayang.

"Umi dan ika sayang dan rindu sangat pada abi. Moga Allah tak pisahkan kita lagi...." Ucap si kecil itu dengan begitu tulus sekali. Dipegang tangan abinya itu , dikucup jari jemarinya, ditatap mata abinya itu tanpa berkerdip.


"In sya Allah, sayang. Tapi jangan lupa jadi manusia yang bersyukur kepada Allah." jawab Yusuf sambil tersenyum. Dipeluknya erat anak kecil itu. "Rindunya aku pada mereka, Ya Allah. Terima kasih Ya Allah pertemukan semula aku dengan mereka.....

Cukuplah  Allah sebagai Tuhanku
Tak ada dalam hatiku melainkan Allah
Cahaya Muhammad selamat atasnya
Benarlah, tiada Tuhan melainkan Allah. "

Ujian yang bertandang sesekali mewarnai dan memaknai kehidupan kita sebagai seorang hamba. Maka bersyukurlah, dan ikhlaslah dalam menerima ujianNya. Ujian itu jadikanlah sebagai teguran, mahupun sebagai anugerah bagi merapatkan lagi seorang hamba dengan PenciptaNya. In sya Allah.


-tamat-

Nukilan: asyiqazhad.blogspot.com



 -WALLAHUALAM-
 

Saturday, December 15, 2012

Cerpen: Cinta buat Arisa




" Cukuplah papa . Jangan seksa mama lagi. Cukup...  Arisa akan bawa mama keluar dari rumah  ini. Arisa benci papa! Benci! ." Arisa memberontak. Ditenung wajah papanya dengan penuh perasaan dendam yang memuncak.


Arisa!  Jangan pergi tinggalkan papa! ."  Rayu Murad kepada anak perempuan yang disayanginya itu.


"Papa banyak kali halau mama keluar dari rumah ini, kan? Kalau papa halau mama, bermakna papa halau Arisa keluar juga dari rumah ini. Arisa sabar saja selama ini. Papa caci mama sial, bodoh, ba alif ba ya, dan macam - macam lagi. Sampai bila papa nak caci mama? Sampai mama mati ke, papa?," luah Arisa tidak dapat mengawal marahnya. Mata si papa dipandang tepat. Air matanya mengalir deras. Si mama sayu. Kasihan melihat anak kesayangannya itu.


" Anak kurang ajar! Aku beri kau makan , minum, pakaian, kemewahan, berani kau marah aku? .  Aku ni papa kau, tahu! ." jerit Murad. Panas barannya tak pernah reda.
Jeritannya didengari oleh satu penduduk taman. Tidak Malu langsung!


" Arisa tahu tapi papa tak berhak mencaci mama. Papa tak pernah berubah. Panas baran papa menghancurkan kasih sayang semua orang dalam rumah ini. Papa saja yang betul. Papa keluar dengan perempuan lain, kami masih berdiam. Kami sabar. Papa marah mama setiap detik. Hari - hari tak pernah berhenti. Kami  masih sabar. Kali ini Arisa betul- betul tak tahan sabar. Maaf pa. Arisa tetap akan bawa mama pergi. "  


Dia memahut bahu mamanya. Hatinya teramat pilu. Berat hati si Arisa hendak meninggalkan ayah yang dikasihinya, tetapi harus bagaimana, dia mesti keluar membawa mamanya dari rumah neraka itu.


"Sabar, sabar. Jangan menangis lagi Arisa. Kau harus kuat. Kau harus kental . Jangan sekali kau jauh dari Allah. Kalau kau sedih, Allah akan membantu mengubat kesedihan kau. Ujian akan mematangkan kau, Arisa. Lagi Allah sayangkan hambanya, lagi Allah uji. Kau harus berjuang untuk mama! Tapi ......... bagaimana dengan papa? Papa mesti merana juga. Ya Allah, aku sudah tidak tahu apa yang harus aku lakukan . Aku buntu ....."   bisik Arisa perlahan.


JAM menunjukkan pukul 11 malam. Arisa dan ibunya melilau- lilau mencari tempat tidur. "Mana nak pergi, ni. Nak tidur masjid pun, tak berani. Masjid Al-Mukmin itu ada kubur. Takut pulak ..."  ujar Arisa perlahan kepada ibunya. Lucu juga lagatnya. Dalam kesedihan pun, masih lagi boleh melawak.


" Kamu ini, Arisa. Melawak pulak. Apa kata kalau kita tidur di rumah Mak Ngah saja? ." pujuk Zuraidah.


" Rumah Mak Ngah ? Humm , boleh juga. Jom! ," balas Arisa.


WAKTU berlalu begitu saja namun penderitaan di hati tak pernah berlalu. Malah, semakin hari semakin teruji. 


" Usu, Ngah harap Usu bolehlah jualkan tanah Usu yang dekat seberang kampung kita itu. Usu jualkan saja pada Ngah. Ngah tahu Usu pun tak mampu nak kerjakan tanah itu,"  ujar Sapiah kepada adiknya, Zuraidah.


" Ngah.... tanah  itu tanah pusaka. Apa yang Usu nak tinggalkan pada Arisa nanti kalau Usu mati? ."  Wajahnya tunduk sayu. Dia tahu Ngah banyak sangat berjasa kepada dia dan anaknya itu. Dia juga jadi serba salah.


ARISA tahu ibunya itu begitu gelisah. Takut penolakannya menjual tanah tersebut menyebabkan timbul pergaduhan  dengan kakaknya itu, Sapiah.


"Kenapalah tak habis - habis mama menderita? .Semua berani membuli mama. Kenapa...kenapa ....."  bisik Arisa geram.



IMPIAN Arisa untuk menjadi seorang peguam tercapai. Murad sedang sibuk mencari Arisa. Dia merayu memohon maaf kepada isterinya dan anaknya itu. Namun, perangainya itu masih tidak berubah. Sapiah juga malu. Tidak berani lagi untuk menindas adiknya itu.



"Bila kita susah, ramai yang cuba untuk menindas kita. Tapi bila kita senang, ramai pula yang mencari kita. Hidup ini memang teruji, kan mama? ," ujar Arisa sambil memeluk erat ibunya itu.


"Itulah dunia Arisa. Arisa jangan ikut perangai yang tak baik di sekeliling kita. Jangan ada perasaan dendam pada manusia. Setiap kejahatan perlu ditundukkan dengan kebaikan. Barulah Allah sayang, nabi sayang, mama pun sayang Arisa...."
Lembut nada Zuraidah. Matanya meredup. Nampak nilai kasih sayang yang tulus ikhlas terpancar  di wajahnya.


"Mama, walaupun mama dah berpisah dengan papa, tapi mama jangan sedih. Arisa kan ada ... Arisa tak akan tinggalkan mama ...."  Air matanya tiba-tiba tumpah.  "Arisa janji selagi Arisa hidup, Arisa tak akan biarkan mama disakiti lagi ".   Tambah Arisa lagi.



" Mama sayangkan Arisa. Mama pun tak akan tinggalkan Arisa. Selagi mama hidup, selagi itu mama akan jaga Arisa ". Zuraidah memengang erat jari - jemari Arisa.


"Mama janji, ya? Janji jangan tinggalkan Arisa ". Arisa dah tak ada siapa - siapa dalam dunia ini. Papa pun dah ada isteri lain, anak - anak lain. " Rintih Arisa. Dipeluk ibunya erat. Pipi mamanya dicium dengan penuh kasih sayang.



 "Arisa dah kena cari jodoh. Arisa bukan muda lagi. Nanti senanglah ada orang yang boleh jagakan anak mama yang tersanyang ini. "  Lembut tuturan kata Zuraidah membuatkan Arisa tersipu- sipu malu apabila disebut mengenai jodoh.



"Mama, jodoh itu ketentuan Allah. Bukan senang nak cari lelaki yang baik zaman sekarang ini. Baik single daripada dapat laki yang tak baik." balas Arisa. Melalui pengalaman hidup yang dilaluinya , sangat membuatkan dia menjadi trauma. "Lelaki? Suami?  Kalau panas baran, kaki perempuan, kaki mabuk, tak naklah aku..." bisik Arisa perlahan.


"Kenapa , Arisa? Trauma? Takut jadi macam mama? Arisa... itu ujian. Ujian yang Allah hadirkan pada kita. Mungkin kita derita seketika, kalau kita sabar, in sya Allah, kebahagiaan akan datang juga pada kita. Allah kan Maha Adil. Allah juga Maha Pengasih, Maha Penyayang.  Arisa tak percayakan Allah ke?   Ingat pesan mama, ujian menjadikan kita orang yang lebih kuat, dan istimewa . Janji kita sabar. Jangan sekali berprasangka buruk pada Allah , ya sayang? ."   Panjang lebar ibunya bicara. Arisa kagum dengan mamanya. Walaupun hidupnya sentiasa diekori dengan derita, tetapi mamanya itu tak pernah  berprasangka buruk pada Allah. Sabar dan redha dengan ujian yang Allah berikan. 



"Hebatlah mama ini. Arisa nak jadi hebat macam mama. Orang yang hebat adalah orang yang sabar dan ikhlas dalam menerima ujian Allah, kan mama..." ujar Arisa dengan penuh bersemangat. Puan Zuraidah mengangguk. Dicum dahi anaknya itu dengan diiringi senyuman manja.


PENYAKIT tumor otak yang dialami oleh Zuraidah dirahsiakan daripada pengetahuan Arisa. Kerapkali Zuraidah diserang sakit kepala yang berterusan diikuti dengan loya dan muntah. 


"Puan, puan harus menjalani rawatan. Kalau tidak ......" Kata-kata Dr. Amar terhenti. Zuraidah memahami maksud Doktor Amar. "Doktor, penyakit ini memang sudah kritikal, benar? ,"  tanya Puan Zuraidah. 



 "Ya. Tapi puan tak boleh berputus asa...." pujuk Doktor Amar.


 "Baiklah. Tapi Doktor harus merahsiakan penyakit saya ini daripada anak perempuan saya, Arisa. Saya tak nak Arisa susah hati."   terang Zuraidah.


"Kenapa puan? Arisa kan anak puan. " tanya Doktor Amar sekali lagi.


" Arisa dah banyak menderita. Baru sahaja hidupnya aman dan bahagia setahun lebih ini. Saya tak nak dia sedih mendengar tentang berita ini."  jawab Zuraidah.


"In sya Allah, puan. Jagalah kesihatan puan. Puan pun jangan berputus asa. Saya akan bantu sedaya upaya saya dengan izin Allah, ya puan."   Puan Zuraidah mengangguk. "Kasihan Arisa. Jaga dia Ya Allah..., " bisik Puan Zuraidah di dalam hati.
 


Jam menunjukkan pukul 5 petang.  Arisa menerima panggilan mendukacitakan.


"Assalamualaikum. Cik Arisa, maafkan saya. Cik Arisa di mana? ."


"Waalaikum salam. Siapa ni. Tiba-tiba tanya. Awak siapa? Saya di Singapura. Sedang berkursus seminggu di sini. "


" Saya Doktor Amar. Maaf. Saya ada berita buruk . Mama Cik Arisa dah tak ada....."  Semakin lama semakin perlahan suara Doktor Amar. Berat hati hendak menyampaikan khabar berkenaan.


"Apa?  Kenapa dengan mama? Hospital mana? ," tanya Arisa.


" Di rumah Cik Arisa. Kami sudah membawa pulang jenazah mama Cik Arisa, " jawab Doktor Amar.


DIRATAPI wajah ibunya. Air matanya tidak henti - henti mengalir.


"Mama..... Mama dah janji tak akan tinggalkan Arisa. Mama ......................... Mama............... Jangan tinggalkan Arisa. Arisa tak kuat tanpa mama. Mama, bangun mama, bangun! ......"  teriak Arisa membuatkan semua tetamu di situ turut terdiam. 



SUDAH tiba masa seorang hamba kembali kepada Pemiliknya. Setiap yang bernyawa pasti akan mati.  


" Orang yang hebat ialah orang yang sabar menghadapi ujian hidup."  Lamunan Arisa terhenti dengan kata - kata berkenaan. "Macam biasa dengar ayat ini. Siapa pulak yang cakap ini. Ini ayat yang selalu mama ujarkan. Tak kan papa...." bisik Arisa di dalam hati. Badannya dipusing. Kelihatan seorang lelaki tampan.  Segak dengan baju kemaja hijau. "Oh! Doktor Amar rupanya".


" Semakin Allah uji, semakin Allah sayang. Kamu kuat, Cik Arisa. Macam mama kamu. Kamu kena Sabar dan ikhlas. Tambahan lagi, jangan berprasangka buruk pada Allah. Allah tak akan membebankan kita dengan ujian yang tak mampu, "  tambah Doktor Amar lagi.


" Baiklah Ustaz Azhar."  jawab Arisa. Kata- kata yang diucapkan oleh Doktor Amar sangat memberikan suntikan semangat kepadanya. Tambahan pula, ayat berkenaan ayat yang selalu dilafazkan oleh ibu kesayangannya itu, Puan Zuraidah.



"Eh. Saya Doktor Amar, bukan Ustaz Azhar. Ada- ada aja awak ni". Lamunan Arisa kembali terhenti.


 "Cik Arisa, saya mahu melamar Cik Arisa. Saya janji saya akan membuatkan Cik Arisa bahagia. Cik Arisa tak akan menderita lagi. Saya banyak berkongsi cerita dengan mama Cik Arisa. Cik Arisa memang anak yang baik. Saya sudah tahu latar belakang Cik Arisa. Apa yang penting, sebelum arwah mama Cik Arisa meninggal, saya pernah berjanji saya akan jaga Cik Arisa,"  terang Doktor Amar bersungguh - sungguh.


"Arghhh? Arwah mama pesan suruh jaga saya. Bukan kahwin dengan saya. " jawab Arisa bersahaja. Terkejut dengan lamaran Doktor Amar. "Baru seminggu berjumpa, sudah masuk melamar? Biar betul doktor ini. Boleh percaya ke?" desis hati Arisa.




 "Ya. Saya yakin. Sejak saya mengenali awak daripada perkongsian arwah Puan Zuraidah. Hati saya memang hendak sangat mengenali Cik Arisa dan memperisterikan  Cik Arisa. Sudilah terima saya...."  Doktor Amar penuh mengharap.  Kata - kata itu didengari oleh setiap ahli keluarga Puan Sapiah. Rumah yang riuh itu tadi menjadi sepi seketika. Senyap mendengar  Doktor Amar dan Arisa  berbicara. Arisa lama terdiam.


" Saya terima kerana awak pun telah menjaga arwah mama saya sebelum dia meninggal. Awak dah kenal arwah mama dan keluarga saya. Cuma saya saja yang tak berapa menganali awak lagi. Tapi awak mesti janji,  awak mesti jadi macam  mama  yang akan selalu jaga dan melindungi saya."  Ujar Arisa.


" In sya Allah, Cik Arisa binti Murad. Saya akan tunaikan. Selepas ini, air mata awak tak akan tumpah lagi ...." Sejemput senyuman dilemparkan kepada Arisa. Arisa memandang tepat wajah Doktor Amar dengan penuh bermakna.
"Macam tak percaya je. Aku nak kahwin sudah ? . Mama........." panggil Arisa.


" Tipu. Kalau tumpah juga?,"  tanya Arisa tidak berkesudahan. Sengaja menguji Doktor Amar.


"Kalau tumpah juga, saya akan lapkan, Cik Arisa. Saya akan keringkan air mata Cik Arisa. In sya Allah! Saya tak akan ingkar janji!  Saya cakap depan semua ahli keluarga terdekat Cik Arisa ni, masih tak percayakah?."   


Arisa hanya menggangguk.  " Rugi kalau tak terima Doktor Amar. Sudahlah tampan, baik, sopan pula...." bisik Arisa sendirian.
 

"Sudikah?. " tanya Doktor Amar kembali.



Errrrrrr.........  "Malulah semua orang tengok. Gentleman sungguh Ustaz Azhar ni. Eh! silap. Doktor Amar." desis hati Arisa.


DALAM derita , lambat - laun akan ada bahagia. Manisnya hidup ini andainya setiap ujian yang diberikan kepada kita dapat ditangani dengan hati yang redha dan ikhlas. Bukan mudah untuk menjadi sabar, redha dan ikhlas, bukan?  Benar, tetapi tidak mustahil. Yakinlah,  Allah akan membalas kebaikan hambaNya yang sabar dan tetap taat kepadaNya. Semakin diuji, semakin diangkat darjatnya di sisi Allah. Apa yang penting?  Ya. Bukan kerjasama. Tapi sabar dan ikhlas. Ikhlas dan redha. In sya Allah semuanya akan selamat. Jadilah hamba yang erat dengan Pencipta. Hablum minallah. Wahablum minan nas.

- TAMAT- 



Nukilan: asyiqazhad.blogspot




Motivasi untuk diri sendiri untuk terus berazam : 
Berazamlah kamu untuk menyampaikan  kepada ummah. Tak kira lapang mahupun sempit. Ingat tokoh tokoh terdahulu , banyak menulis. Sibuk juga dengan urusan dakwah. Mesyuarat di sini sana. Pulang mengkaji , teroka ilmu, menulis untuk ummah.  Masih ada masa untuk menulis buku, kitab, dsbgnya. Hebatnya! 

Walau kita tak sehebat mereka, tapi kita buatlah apa yang kita terdaya. 

Walaupun usaha kita kecil, tak seberapa, tetapi setiap perkara yang kita buat , malaikat akan catat dan Allah hanya akan menilai apa yang kita lakukan untuk ummah. Tak kira kecil tak kira besar.


Apa yang penting. Innamal a'malu binniat. Betulkan niat . kena Ikhlas.
wallahualam.


 

Thursday, December 6, 2012

Muhasabah: Jom raih syurga Allah.



Bismillahirrahmanirrahim ...

segala puji bagi Allah yang menciptakan sekalian alam ..

Alhamdulillah, dengan rahmat Allah yang sungguh besar , aku masih lagi berpeluang bernafas dan diberi peluang untuk mengisi waktuku untuk melakar kalam mengajak diri ini senantiasa bangkit daripada menjadi hamba yang lemah & malas dari memburu syurga & keredhaanNya ..

Apabila disebut berkaitan syurga , terasa teruja. Terasa bahagia dengan kalam yang disampaikan oleh Allah dalam wahyuNya. Hamba tahu, hamba ini bukanlah hambanya yang layak bernaung di dalam syurga. Tetapi, apa yang hamba tahu, semua manusia bercita- cita untuk ditempatkan di dalam syurga yang terlalu indah dari Allah taala.

Disediakan syurga yang dibawahnya mengalir sungai - sungai. Mereka memakan buah- buahan yang disediakan oleh Allah, disediakan makanan, minuman yang lazat sus yang tidak pernah kering . Layanan yang baik dari seisinya. Nikmat yang tidak kan habis walau sebanyak manapun digunakan .

 Cuba bayangkan betapa indahnya nikmat syurga yang dijanjikan Allah kepada hambaNya. 

 "Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni'mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

(Surah As-sejadah)

 Kita tak nampak syurga itu benar, tapi bukankah kita yakin dengan apa yang Allah sampaikan melalui wahyuNya?   Dan Allah tidaklah tidak menepati janjiNya. 

Walau kita tidak nampak dan kurang tahu apakah lagi nikmat yang disediakan Allah lagi di sana, tetapi kita mesti "YAKIN DENGAN ALLAH" dengan kita terus beribadat bersungguh- sungguh tanpa mengharapkan apa - apa dariNya. 

Sekiranya redha Allah yang kita pilih, pasti syurga Allah pun mengiringinya, kan?


kita dikurniakan akal dan kebijaksanaan untuk memilih jalan hidup kita.

apa yang penting. kita semua nak jadi hamba yang "luar biasa" pada pandangan Allah, benar ? ? ? 

kita mahu Allah sayang kita sebagai hamba yang taat kepadaNya, benar?

Siapa ingin Allah sayang dia sebagai hamba yang taat kepadaNya?     

SIAPA TERINGIN , SENYUM ?   PEACE.     ^ - ^ 

SAYA PUN NAK IKUT HAMPA SEMUA NAK JUGAK MASUK SYURGA JUGAK..
 
SIAPA TAK TERINGIN, RUGI . KERUTLAH KEPALA   + _ +

 tapi, tak semudah itu kan nak masuk syurga?

Eh x lah. Buat apa yang Allah suruh, tinggal apa yang Allah larang.

Peraturan tak susah, Kita saja yang bermasalah.   ^ _ ^ 

Betul tak? Kita sebenarnya yang BERMASALAH. SIAPA SENYUM , DIA PUN BERMASALAH JUGALAH  TU. HIHI. TERMASUKLAH SAYA , JANGAN RISAU.  ^  - ^

Tapi, masih belum terlambat lagi untuk kita terus membaiki diri kita.


Allah Yang Maha penyayang yang sangat sayangkan kita masih bagi kita peluang untuk kita baiki diri kita.

syurga sedang menanti di sana. Kalau kita semua ini bijak, pasti kita tak nak lepaskan peluang dan menggadaikannya dengan nikmat dunia, benar?


Pernah suatu kisah baginda nabi s.a.w berbicara dengan saidina Umar r.a. Pada tika itu, saidina Umar menangis melihatkan keadaan nabi. Tidurnya hanya beralaskan tikar yang tidak berlapikkan apa- apa. sehingga membekas tubuh baginda s.a.w.


Saidina Umar berkata: Doakanlah kesenangan untuk umat tuan. Orang Rom , Parsi tidak beriman, tidak melakukan ibadat,  tetapi mereka memperoleh kesenangan. Kaisar dan kisra menetap di tempat tinggal di taman - taman yang dialiri sungai. Manakala tuan ini pesuruh Allah  hambaNya yang terpilih, tetapi berada dalam keadaan begini?


Pada waktu itu, Rasulullah s.a.w sedang bersandar di atas bantal. Selepas mendengarkan kata-kata umar, baginda s.a.w terus bengkit lalu bersabda


" wahai umar, adakah kamu masih berada dalam keraguan? Kesenangan akhirat jauh lebih baik dari kesenangan dunia. Orang kafir akan memperolehi segala kebaikan & kesenangan dunia, manakala kita akan menerimanya di akhirat nanti"

Lalu, Saidina Umar r.a memohon, "wahai Rasulullah, istighfarlah untuk saya, saya bersalah".



 Apa yang saya tertarik ialah melihat kezuhudan nabi&
 KEYAKINAN NABI S.A.W PADA ALLAH S.W.T.



Jadi, saudara-saudaraku, adakah kita juga ragu pada Allah s.w.t??



Maka, beristighfarlah dan berusahalah ke arah lebih baik.
Masih belum terlambat. Peluang masih cerah. Keampunan dan kasih sayang Allah tersangat luas.


Moga kita semua boleh terhidu bau- bauan syurga dan ditempatkan di sana buat selama - lamanya.


 siapa nak masuk syurga selama - lamanya? Angkat tangan & senyum. 


saya pun nak. Jadi, saya pun lagilah giat kena usaha. sebab saya tahu dosa yang saya ada melebihi muatan saya nak masuk syurga Allah.

 Kalau anda, pasti mudah. Sebab anda baik. Anda lebih taat , kasih dan cinta kepadaNya. Saya pun nak jadi macam anda. Jadi, ajarkanlah saya untuk menjadi diri sendiri . ikhlas & taqwa pun saya masih gagal lagi.
 

selalu saya mintak pada Allah. saya tahu saya gagal lagi menjaga iman saya apatahlagi nak mendapatkan  sifat "TAQWA" .


Bukan mudah nak dapat sifat taqwa? kan?

Jangan ada di hati sifat riyak, ujub, takbur, penyakit hati yang menghalang kita untuk berkasih sayang dengan Allah dengan seikhlasnya.

dan itu juga yang paling saya takut sekali..

dan kalau kita sedar, masih belum terlambat untuk kita terus menerus mohon ampun dari Allah, kan?

wallahualam.
salam muhasabah diri  untuk bangkit semula menjadi seorang hamba yang sentiasa memperbaiki dirinya.


Jum kejar cinta Allah, redhaNya dan syurga.  ^ _ ^


wasalam.

Family

Family
cousin, ibu saudara, adik dan abang.

Mum n Dad ..

Mum n Dad ..
Hanya Dia yang Tahu betapa sayangnya saya pada mereka ^_^

Usrati Jannati.

Usrati Jannati.
Pemangkin kekuatan diri..